Hati yang bahagia


Hati yang bahagia adalah hati yang tak pernah risau, bingung dan gundah. yakni hati yang selalu ingat pada Allah SWT, yang selalu menerima apa yang telah menjadi ketetapan Allah, hati yang selalu menapaki takdir Ilahi. Hati tak ubahnya sebagai nahkoda. Sekalipun hanya merupakan segumpal darah, namun ia banyak berperan dalam menentukan setiap langkah kehidupan manusia. Setiap langkah dan perbuatan manusia akan ditentukan oleh kehendak hati, mau berbuat baik atau jahat setiap manusia akan berdialog terlebih dahulu dengan hati. Bahkan mau beriman dan tidak beriman pun adalah pilihan hati. Namun, pilihan beriman tetap merupakan yang terbaik, karena pada akhirnya Tuhanlah yang akan menilai mana yang paling baik.

Al-Ghazali menjelaskan, di dalam hati terdapat suatu insting yang ia namakan cahaya Tuhan. Selain itu, ia menyebutnya pula sebagai mata hati, anak-anak hati, dan keintiman hati serta rahasia hati. Ia sebutkan hal itu dalam Ihya.Ia menyatakan pula, titik hati secara simbolis merupakan cahaya seketika yang membagi-bagikan cahaya Tuhan.Menurut dia, hati itu merdeka dari pengaruh otak, yang juga tercantum dalam Al-Munqidh min Al-Dhalal.Dijelaskan pula, penguasa misterius tubuh yang sebenarnya adalah titik hati itu, bukan otak.Secara metafisik, Al Ghazali menggambarkan bahwa hati adalah sebagai pusat pengetahuan intuitif atau inspirasi ketuhanan yang bisa berfungsi sebagai peralatan untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan
kepada hambanya.

Islam meyakini bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan suci, putih bersih ruhaninya dan tanpa dosa bagaikan kertas putih tanpa noda. Nabi Muhammad SAW bersabda : setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah di sini maksudnya sesuai dengan kejadiannya, yakni kejadian sebagaimana manusia seutuhnya yang belum terkotori oleh tabiat dan watak serta syahwat yang identik dengan hewan yang tidak memiliki ketenangan. Fitrah juga biasa berarti putih bersih tanpa dosa. Jiwa yang fitrah adalah jiwa yang suci, seperti halnya bayi yang baru terlahir ke dunia ini. Ia tidak memiliki kotoran dan dosa sedikitpun, sehingga jiwanya memiliki kelembutan hati (kepekaan terhadap penderitaan orang), mengenal Tuhannya dengan benar (tidak mempersekutukan-Nya), takut kepada Tuhan, mudah menerima kebenaran, cenderung kepada kebaikan, menjauhi perbuatan dosa (yang mengotori ruhaninya), dan merasa tenang hidupnya.

Maka kebahagiaan pun akan terpancar dari orang yang berjiwa bersih dari dosa, ia tidak akan pernah risau dengan berbagai hal yang dihadapinya.Ia akan selalu sabar dikala mendapatkan cobaan, bersuka cita ketika mendapatkan keberuntungan, dan tetap mengingat Allah dalam keadaan suka dan duka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Hukum Islam

Tarikh Tasyri' Masa Sahabat

Wasiat